Obrolan singkat beberapa waktu lalu,
bukan obrolan juga sih sebenarnya, membuat saya sedikit memutar ingatan dan memori tentang obrolan-obrolan kita selama ini. Sudut pandang,
passion, dan target.
Kamu lebih subjektif dan persusif, setidaknya ada peningkatan yang cukup besar dari obrolan terakhir kita sebelum ini, jauh sebelumnya. Saya bahkan nyaris lupa kapan itu, ketika saya berbagi cerita dengan kadar “agak berat.” Satu hal, kamu selalu berusaha menjaga kita agar tetap berada di jalur yang sama, dengan segala perbedaan yang ada.
Kamu yang terbiasa menonjol, berbeda dengan saya yang lebih suka berbaur dalam keramaian. Kamu yang selalu menggampangkan semua hal, berbeda dengan saya yang harus memantapkan keputusan sebelum melangkah. Satu-satunya kesamaan mungkin karena saya menyukai pantai sebesar kamu suka memandang laut lepas.
Kamu mungkin lupa, kondisi saya tidak lagi sama. Saya tidak sekuat kamu, pasti. Mungkin segalanya gampang bagimu dalam mengambil keputusan itu, tapi kita berbeda. Kamu boleh menghakimi, setidaknya setelah kamu merasakan posisi saya saat itu.
Saya butuh penguat agar tetap berdiri, bukan sekedar pembangkit agar dapat berdiri, kemudian ditinggalkan saat belum kokoh. Toh saya masih bisa berdiri sendiri kan? Saya punya pertimbangan untuk memantapkan niat, bukan cuma ikut ikutan orang banyak. Mungkin
selfish, tetapi apakah saya mampu bertahan? Kita sama, setidaknya dulu pernah berada pada jalur yang sama.
Ada satu hal yang membuat saya tidak nyaman lagi berbagi denganmu. Hal yang membuat jarak ini membentang makin lebar. Entahlah, semakin lama semakin jauh. Kamu sibuk dengan target-target dan komunitasmu, saya sibuk dengan prioritas dan pemantapan hati yang berseberangan. Suka atau tidak, sejalan atau tidak, waktu mungkin bisa menjawab.
Bandung, 06012012