Friday, February 15, 2013

Teruntuk Papa Tersayang

Teruntuk Papa tersayang

Apa kabar Papa hari ini? Aku yakin pasti baik. Dia pasti sangat menyayangi Papa, jauh melebihi rasa sayang kami padamu. 

Apakah aku baik-baik saja Pa? Sayangnya tidak. Aku drop lagi Pa. Jatuh lagi ke titik lemah itu. Papa mungkin kecewa, sedih melihat aku seperti ini, lagi. Sedih melihat aku yang selalu jatuh karena hal yang sama. Seperti hari ini. Memaksakan diri untuk bangkit. Seharian menguatkan diri untuk terus membuka mata dan tersenyum.

Mereka bilang aku sok kuat, Papa. Aku pun sadar aku sok kuat. Tapi tidak ada lagi yang bisa aku lakukan untuk membuat mereka tidak menganggap aku lemah. Tidak ada lagi yang bisa aku lakukan untuk menyembunyikan semua ketidakmampuanku.

Aku punya batas. Dan saat batas itu tercapai, aku memilih untuk pergi. Menikmati setiap detik milikku sendiri. Menikmati detak yang selalu menenangkan. Aku ingin sejenak memejamkan mata. Sejenak menikmati segala hal yang diberikan-Nya untukku.

Pa, kapan aku bisa mendengar suaramu lagi? Kapan aku bisa menggandeng manja lenganmu lagi? Kapan aku bisa menatap wajahmu sambil tersenyum lebar seperti dulu? Bahagia.

Pa, Cha kangen Papa... 

Friday, January 25, 2013

Teruntuk Mas Mas yang Kemarin Nanya


Kenapa harus ke dia? Kenapa bukan ke gue?
Pertanyaan mengejutkan, tetap mengejutkan meskipun sebelumnya sudah gue prediksi akan gue terima. Ada makna khusus? Tidak. Ada maksud tertentu? Tidak. Keadaan, dan gue tidak bisa menetapkan pilihan lain saat satu-satunya orang yang gue harapkan menggeleng, menolak.

Kenapa harus ke dia? Kenapa bukan ke gue?
Gue cuma bisa tersenyum sambil menjawab, “Gue lelah untuk melawan. Gue cuma ingin semuanya cepat selesai. Daripada kalian terus mendesak dan menekan, mending gue kasih aja apa yang kalian mau. Toh, ga ada efek apapun buat gue. Sederhana.”

Monday, January 7, 2013



Ya Allah, mantapkan imanku. Mantapkan keyakinanku pada keputusan ini. Semoga aku bertahan lebih.baik. Hijab is not a puzzle

sources : hijabographic

Sunday, January 6, 2013

across

Obrolan singkat beberapa waktu lalu, bukan obrolan juga sih sebenarnya, membuat saya sedikit memutar ingatan dan memori tentang obrolan-obrolan kita selama ini. Sudut pandang, passion, dan target.

Kamu lebih subjektif dan persusif, setidaknya ada peningkatan yang cukup besar dari obrolan terakhir kita sebelum ini, jauh sebelumnya. Saya bahkan nyaris lupa kapan itu, ketika saya berbagi cerita dengan kadar “agak berat.” Satu hal, kamu selalu berusaha menjaga kita agar tetap berada di jalur yang sama, dengan segala perbedaan yang ada.

Kamu yang terbiasa menonjol, berbeda dengan saya yang lebih suka berbaur dalam keramaian. Kamu yang selalu menggampangkan semua hal, berbeda dengan saya yang harus memantapkan keputusan sebelum melangkah. Satu-satunya kesamaan mungkin karena saya menyukai pantai sebesar kamu suka memandang laut lepas.

Kamu mungkin lupa, kondisi saya tidak lagi sama. Saya tidak sekuat kamu, pasti. Mungkin segalanya gampang bagimu dalam mengambil keputusan itu, tapi kita berbeda. Kamu boleh menghakimi, setidaknya setelah kamu merasakan posisi saya saat itu.

Saya butuh penguat agar tetap berdiri, bukan sekedar pembangkit agar dapat berdiri, kemudian ditinggalkan saat belum kokoh. Toh saya masih bisa berdiri sendiri kan? Saya punya pertimbangan untuk memantapkan niat, bukan cuma ikut ikutan orang banyak. Mungkin selfish, tetapi apakah saya mampu bertahan? Kita sama, setidaknya dulu pernah berada pada jalur yang sama.

Ada satu hal yang membuat saya tidak nyaman lagi berbagi denganmu. Hal yang membuat jarak ini membentang makin lebar. Entahlah, semakin lama semakin jauh. Kamu sibuk dengan target-target dan komunitasmu, saya sibuk dengan prioritas dan pemantapan hati yang berseberangan. Suka atau tidak, sejalan atau tidak, waktu mungkin bisa menjawab.

Bandung, 06012012

Tuesday, January 1, 2013

#24

“Sehat, Tegar, dan Ikhlas. Bismillahirrahmanirrahim. Selanjutnya harus bertahan lebih baik.”

 - nessa :)

Saturday, December 29, 2012

Desember


Assalamualaikum kak, salam kenal yaa :) | Aku mau tanya, kakak pernah patah hati yang teramat sakit gak?menurut kakak obatnya apa? | Satu lagi, knapa kok susah yah menerapkan arti melepaskan itu? | Mkasih kak buat balesannya..
gialova 
Wa’alaikumussalam. Salam kenal juga! Obatnya satu: ikhlas. Karena melepaskan berarti mengikhlaskan. Dan ikhlas merupakan ilmu yang tertinggi di bumi ini sehingga penerapan dan penguasaannya begitu sulit.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Desember.
Bukan patah hati, tapi kehilangan yang sangat. Itu termasuk patah hati? Mungkin. Pernahkah suatu kali merasakan separuh hidupmu hilang? Pernahkah kamu ditinggalkan pelindungmu? Selamanya?

Desember.
Dilalui dengan setetes air mata? Tidak. Kamu tidak menangis saat kamu kehilangan separuh hidupmu, tetapi kenapa kamu menangis hanya dengan mengulang kenangan? Ingat janjimu. Tidak akan ada lagi tangis dalam hidupmu.

Desember.
Pertama kali setelah tahun-tahun sebelumnya. Diawali dengan senyuman, meski tetap diakhiri dengan tangis. Setidaknya lebih baik, bukan?

Desember.
Kamu patah hati? Mungkin. Kenapa dipikirkan? Dari awal kamu memang tidak pernah punya cerita kan?
"Pa, gadis kecilmu disakiti..."